VIRALSBOOK.COM - Tak dapat dipungkiri bahwa kecantikan gadis-gadis daerah nyiur melambai, Manado, Sulawesi Utara, sangat mempesona. Siapapun yang datang ke Manado, pasti akan terkesan dengan kecantikan wanitanya.
Dengan faktor kecantikan inilah, tak sedikit pula wanita Manado terjun menjadi wanita penghibur. Tidak banyak hasil penelitian yang menjelaskan penyebab wanita Manado terjun ke dalam dunia prostitusi maupun bekerja sebagai wanita penghibur ini.
Dilansir dari laman Merdeka, data yang diambil secara random dengan sampel wanita penghibur yang bekerja di tiga kelab malam di Kota Manado ini memberi alasan yang berbeda. Wanita yang namanya disamarkan ini mempunyai alasan masing-masing.
ilustrasi (foto/merdeka)
Rani (27), gadis manis yang telah 2 tahun menjalani pekerjaan sebagai wanita penghibur di Pub yang berada di kawasan Malalayang menyatakan jika alasan dirinya melakoni profesi tersebut karena alasan ekonomi.
"Dulu saat masih kecil, saya tidak bisa memiliki barang mainan yang dimiliki teman saya yang lain, karena orang tua saya tergolong tidak mampu," cerita gadis berambut panjang ini kepada merdeka.com, sebagaimana dikutip viralsbook.
Dengan gayanya yang centil, wanita yang mengenakan gaun tipis tersebut mengatakan jika faktor tersebut yang kemudian memaksa dirinya untuk terjun ke dunia malam.
"Sekarang enak bisa beli pakaian yang saya suka, barang yang saya pengen dan kebutuhan lainnya," ujar dia polos.
Tak seperti Rani, profesi sebagai wanita penghibur yang kini dijalani Lucy (20), disebabkan karena broken home. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat pergaulan anak tidak dapat dikontrol dengan baik. Akibatnya, Lucy bergaul tanpa pengawasan.
"Awalnya ikut-ikutan teman. Lama-lama sepertinya saya menemukan kesenangan diri. Enak, have fun," tuturnya tersenyum, saat ditanya di sebuah Kafe yang terletak di samping Hotel Quality Manado.
Tutur kata wanita muda ini ceplas-ceplos. Meski wajahnya tergolong cantik dengan mata oriental dan nada bicara yang sopan, perempuan yang mengaku warga Minsel ini terkesan tomboy.
"Orang tua udah bosan negur saya tapi jawaban saya, kenapa negur sekarang? Dulu gak pernah merhatiin saya?" ketusnya sambil menaruh kakinya ke atas sofa tempat duduk.
Kurangnya perhatian orang tua ke anak turut memberi sumbangsih bagi merebaknya profesi sebagai wanita malam di Kota ini.
Sampel terakhir ditemui di sebuah pub yang berada hampir di depan pusat perbelanjaan Manado Town Square (Mantos). Cicil (30), wanita yang mengaku indekos bersama ibu dan seorang putranya di Kelurahan Karombasan, Kecamatan Wanea, mengaku perceraian dengan suaminya menimbulkan dendam pribadi.
"Saya kecewa dengan suami saya yang telah menceraikan saya hingga saya terjun ke dunia yang sangat tidak disukainya ini," tuturnya. Rasa dendam mendera hidupnya membuat ia hidup dari uang pemberian lelaki yang dilayaninya setiap malam selain komisi minuman per botol yang diterima setiap bulan.
"Uang tip yang diberikan tamu bervariasi. Kadang Rp 50 ribu kadang lebih," tuturnya.
Diakuinya, busana minim dan menggelayut manja di leher pria yang ditemani merupakan tips merogoh kocek tamu. Bahkan sesekali ia harus melayani nafsu seks mereka.
"Sebenarnya ini bukan pilihan hidup saya, tapi mau gimana lagi. Sekarang sudah terlanjur dan saya gak tau caranya keluar dari dunia ini. Yaa.. Nikmati aja," terang Cicil sambil tertunduk.
Kulit putih ditambah wajah yang cantik khas perempuan Manado menjadi daya tarik utama lelaki hidung belang. Ini yang membuat para germo selalu membidik mereka untuk dipekerjakan meraup rupiah di sejumlah tempat hiburan malam. (vb_04)