VIRALSBOOK.COM - Leluhur suku ini sendiri diperkirakan berasal dari wilayah Bantu, Afrika Timur. Kebanyakan mereka ditangkap dan dijual ke koloni Portugis dan Inggris di India oleh pedagang Arab Saat sampai di India, budak-budak tersebut dipaksa bekerja untuk para penjajah dan penduduk lokal. Merela pun menetap di India, sampai masa perbudakan berakhir.
Namun sayangnya meski telah lama menetap di India, kehidupan suku Siddi bisa dibilang belum jauh berubah dari jaman perbudakan dulu. Mereka masih hidup dalam diskriminasi karena warna kulit yang berbeda dan status mereka sebagai orang luar. Suku ini bahkan di kategorikan dalam kasta Sudra, kasta terendah di India oleh orang India. Tapi meski begitu suku ini tetap berusaha bertahan di tengah penolakan yang ada sambil terus mempertahankan akar budaya mereka.
Hal inilah yang kemudian menggugah ketertarikan seorang sutradara film pendek bernama Asha Stuart untuk mengabadikan kisah dari suku unik ini dalam film berjudul "Lost Tribe of Afrika." Sebuah film pendek yang menunjukkan bagaimana kehidupan suku ini di desa-desa mereka yang amat terpencil, serta bagaimana suku ini tetap mempertahankan jati diri mereka sebagai orang Afrika. Sahabat viralsbook, penasaran seperti apa kisah suku ini? Berikut kisah Suku Siddi yang viralsbook sadur dari situs National Geographic.
Asal Usul Nama Siddi
Meski saat ini di kenal sebagai Suku Siddi, masyarakat suku ini sebenarnya sudah tak ingat tentang asal-usul dan nama asli suku mereka. Orang Siddi hanya tahu mereka berasal dari Afrika dan ditangkap untuk di jual sebagai budak kepada koloni Inggris di India oleh pedagang Arab pada abad ke 16. Sejak saat itu nenek moyang suku Siddi terus menetap di India dan menjadi bagian dari koloni Portugis dan Inggris. Namun seiring dengan munculnya larangan perbudakan pada abad ke 19, orang-orang Siddi dianggap tak lagi berharga dan terancam untuk dibantai. Penduduk india mengenal etnis ini dengan istilah Siddhi, Sheedi, atau Habshi.
Baca Juga : Ungkap Misteri Di Balik Kostum 'Plague Doctor' yang Ikonik Saat Wabah Pes Melanda Eropa
Mengetahui hal ini sebagian besar suku Siddi akhirnya memutuskan untuk lari ke hutan. Setelah berhari-hari mereka lari kedalam hutan, suku ini akhirnya menemukan sebuat tempat di dalam hutan yang cukup lebat dan aman untuk mereka tinggali. Di tempat inilah nenek moyang suku Siddi kemudian membentuk koloni mereka. Karena keberhasilan mereka untuk lari dari koloni Inggris inilah orang India kemudian menyebut mereka sebagai "Orang Siddi" yang kurang lebih berarti orang yang mendapat pencerahan.
Tetap Memilih Tinggal Di Hutan
Setelah berakhirnya masa kolonial Inggris pada tahun 1947, suku Siddi sebenarnya bisa saja meninggalkan hutan dan memulai kehidupan di kota. Namun nyatanya hingga saat ini sebagian besar orang Siddi tetap untuk memilih untuk tinggal di pedalaman hutan India, hanya segelintir saja yang kemudian memutuskan untuk tinggal di kota. Hal ini sendiri bukan tanpa alasan, karena ternyata meski suku Siddi sudah ada di India sejak berabad-abad yang lalu, nyatanya mereka masih dianggap orang luar bagi masyarakat India pada umumnya. Akibatnya orang-orang Siddi sering mendapat perlakuan yang tak menyenangkan saat berada di kota. Perlakuan kurang menyenangkan ini diantaranya tatapan warga yang menganggap mereka aneh, hingga berbagai cemoohan tentang warna kulit mereka.
Hal ini membuat mayoritas suku Siddi merasa tak nyaman berada di kota ataupun berbaur dengan warga lokal India. Karena itu mereka akhirnya memilih untuk tetap tinggal di pedalaman hutan. Selain itu hutan juga memberikan sumber makanan dan rasa aman bagi suku Siddi. Di seluruh India sendiri komunitas warga Siddi bisa ditemukan di negara bagian Karnakata, Gujarat, Maharashtra, Goa dan Hyderabad dengan jumlah terbanyak berada di Karnakata yang diperkirakan mencapai 35.000 jiwa.
Dianggap Sebagai Kasta Terendah
Sebagai negara dengan mayoritas penganut agama Hindu, masyarakat India menggunakan sistem "Kasta" dalam susunan kehidupan sosial mereka. Kasta-kasta tersebut meliputi 4 golongan yaitu, "Brahmana" (kasta tertinggi), "Ksatria" (kasta prajurit, bangsawan dan raja), "Waisya" (kasta pedagang) dan yang terakhir "Sudra" (kasta terendah). Keseluruhan kasta ini meliputi sebuah sistem yang rumit dan diwariskan dalam ikatan pertalian darah. Jadi jika seseorang terlahir dari kasta Sudra, maka secara otomatis ia menjadi Sudra seumur hidupnya.
Baca Juga : Kisah Manusia Berkulit Buaya, Ritual Tradisional Papua Nugini di Sepanjang Tepian Sungai Sepik
Hal ini juga berlaku pada suku Siddi, karena mereka merupakan pendatang, maka orang India menempatkan suku Siddi dalam kasta Sudra atau kasta terendah dalam sistem sosial India. Hal ini berdampak besar dalam kehidupan warga Siddi saat ini, karena kasta mereka yang rendah ini membuat mereka tak bisa berbuat banyak dan secara tak langsung menjadi kaum yang termarjinalkan dalam kehidupan sosial.
Parahnya lagi ini hal secara tak langsung juga memicu diskriminasi terhadap suku Siddi. Banyak orang India yang enggan untuk bertetangga dengan orang Siddi dan berusaha untuk mengusir mereka karena keberadaan orang Siddi dianggap dapat membawa kesialan. Dalam beberapa kasus tertentu orang India bahkan tak mau bersentuhan atau bahkan menyentuh barang yang pernah dipegang oleh suku Siddi. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi suku Siddi mengingat penghasilan utama mereka yang berasal dari penjualan hasil bumi. Dampak dari diskriminasi ini terlihat jelas dengan banyaknya orang Siddi yang hidup di bawah garis kemiskinan karena akses mereka yang sangat terbatas pada dunia luar.
Suku Siddi Juga Ada Di Pakistan
Meski pertama kali menjejakan kakinya di India dan biasanya enggan keluar dari hutan yang mereka tinggali. Keturunan suku Siddi ternyata ada pula di negara Pakistan. Di negara tetangga India ini, jumlah keturunan Siddi malah diperkirakan jauh lebih banyak dari yang ada di India. Hanya saja karena mereka telah berbaur dengan warga keberadaan, suku Siddi di Pakistan sering kali tak begitu kentara. Berbeda halnya dengan saudara mereka di India yang masih berjuang untuk mendapat pengakuan dan kesetaraan. Suku Siddi di Pakistan justru telah lama diterima oleh warga lokal.
Hal ini bisa kita lihat dengan banyaknya keturunan Siddi yang dianggap berkontribusi bagi Pakistan. Beberapa orang Siddi yang dianggap berkontribusi diantaranya adalah Hoshu Sheedi, pemimpin tentara bersejarah di Pakistan dan juga Noon Meem Danish, seorang penyair Urdu yang sangat terkenal di Pakistan. Suku Siddi juga terkenal unggul dalam bidang olahraga karena itu mereka kerap kali menjadi bagian dari tim nasional Pakistan dalam berbagai cabang olahraga.
Terus Mempertahankan Budaya Nenek Moyang
Baca Juga : Luar Biasa! Orang-Orang ini Pantas Menyandang Gelar Manusia Terkuat di Zamannya
Walau bisa dibilang tak seberuntung saudara mereka di Pakistan, namun bukan berati suku Siddi yang ada di India hanya berdiam diri saja dengan kondisi pelik yang kini tengah mereka alami. Di tengah diskriminasi yang mereka terima, beberapa orang Siddi tetap berusaha untuk mengubah nasib mereka dengan mulai membuka diri untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Beberapa keluarga suku Siddi tampaknya sudah mulai sadar bahwa hanya pendidikan yang bisa membuat generasi penerus Siddi bisa bertahan dan dapat memperjuangkan hak mereka. Karena itu kini meski belum banyak tapi banyak anak-anak Siddi yang mulai bersekolah hingga ke jenjang yang cukup tinggi.
Mereka juga tetap berusaha untuk tak melupakan asal-usul mereka di Afrika dengan tetap mewariskan budaya nenek moyangnya pada generasi muda. Warisan budaya ini diantaranya berupa tari-tarian dan juga musik khas Afrika yang secara rutin diajarkan pada generasi muda Siddi. Dengan cara ini orang Siddi percaya jika generasi muda dapat membangung kepercayaan diri meski kini mereka tengah berada dalam keadaan sulit sambil terus membangun harapan agar kelak mereka dapat hidup secara bebas sebagai orang Siddi tanpa mengkhawatirkan adanya diskriminasi.
Sahabat viralsbook, itulah sedikit kisah kelam dari kehidupan Suku Siddi di India. Dari kisah ini kita bisa belajar jika hidup jauh dari tanah kelahiran bisa begitu sulit dan tak selamanya indah. Semoga kita bisa belajar dari kisah ini dan lebih menghargai orang lain tak peduli darimana mereka berasal. (www.viralsbook.com)
Referensi artikel : nationalgeographic.com